Mangkok Ayam Jago Asli Dinasti Ming Ditawar 500 Miliar Rupiah

Pecinta kuliner berkuah pasti tidak asing dengan keberadaan mangkok bergambar ayam jago. Mangkok klasik ini kerap digunakan penjual bakso atau mie ayam untuk menyajikan makanannya.

Di negeri tirai bambu, mangkok ini bukan sekadar peralatan makan sehari-hari masyarakat. Tapi juga terkenal karena menjadi bahan properti di film-film Hong Kong karya Stephen Chow awal tahun 90-an.

Dilansir dari tionghoa.info.com, sejarah mangkok bergambar ayam jago berawal di masa Dinasti Ming, periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487 M).

Baca Juga: Angkringan Jogja Spreads Building Grounds in Tokyo, Japan

Menurut catatan sejarah Tiongkok, pada saat itu sang Kaisar memesan 4 buah mangkok yang bergambar ayam jago dan ayam betina. Kaisar memesannya kepada seorang perajin keramik yang sering mengerjakan pesanan istana. Perajin itu ada di daerah Jingdezhen (Propinsi Jiangxi), yang sejak abad ke-6 terkenal akan kualitas keramiknya.

Kaisar Chenghua memesan 4 buah mangkok keramik dengan teknik doucai. Mangkuk itu dibuat khusus untuk dirinya dan permaisurinya sebagai tanda cinta.

Mangkok tersebut terkenal dengan sebutan Jigangbei, yang berarti ‘mangkok ayam’. Pada mangkok terdapat lukisan dari gambar ayam jago, ayam betina, dan sepasang anak ayam yang bermakna kemakmuran, banyak anak, banyak rejeki.

Mangkok ayam ini memiliki makna simbolis. Kata Ji 鸡, yang berarti ‘ayam’, mirip bunyinya dengan kata Jia 家 yang bermakna rumah / keluarga.

Sementara gambar tanaman peony melambangkan kekayaan, dan gambar pohon pisang dengan daun lebar bermakna keberuntungan untuk keluarga.

Baca Juga: Resep Ayam Bakar Padang Tanpa Santan

Kaisar-kaisar Tiongkok jaman dulu begitu menyukai lukisan pada mangkok ayam jago tersebut. Di antaranya ada Kaisar dinasti Qing, Kaisar Wanli (memerintah tahun 1572-1620) dan Kaisar Kangxi (memerintah tahun 1661-1722).

Saking sukanya pada mangkok yang bergambar ayam tersebut, mereka berani mematok harga mahal untuk sekedar memilikinya.

Di akhir masa pemerintahan Dinasti Qing, mangkok bergambar ayam jago mulai diproduksi massal. Pada jaman itu, masyarakat kelas menengah bawah di Tiongkok hanya dapat menggunakan mangkok bergambar ayam. Sebab, mangkok-mangkok yang bergambar naga, burung hong, atau dan motif lainnya biasanya lebih mahal harganya.

Bagi petani Tiongkok, mangkok bergambar ayam jago melambangkan kerja keras untuk mendapat kemakmuran. Ini seperti mengingatkan peran ayam jago yang selalu berkokok untuk membangunkan mereka di pagi hari, untuk segera memulai harinya dengan bekerja di kebun atau ladang.

Sekitar awal abad ke-20, mangkok ayam jago mulai merambah dunia. Awalnya mangkok ini dibawa oleh para perantau, yang bermukim di sekitar pabriknya, Provinsi Guangdong.

Lalu mereka menyebar sebagai perantauan ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, Singapore, Malaysia, hingga Indonesia.

Mangkok ayam jago pun semakin banyak diproduksi. Teknik pembuatannya pun berkembang, yang awalnya dilukis dengan tangan (manual), hingga menggunakan cetakan mesin.

Saat ini, mangkok ayam jago yang dibuat pada masa kekaisaran menjadi buruan bagi para kolektor barang antik di seluruh dunia. Cirinya di bagian bawah mangkok ada stempel cap, atau nama dan tahun dinasti pembuatan.

Mangkok Chenghua berusia 500 tahun, yang berasal dari dinasti Ming, diketahui hingga saat ini hanya tersisa 16 di dunia, 4 diantaranya dimiliki oleh perorangan, sisanya dikoleksi oleh museum publik.

Mangkok ini pernah dilelang beberapa kali oleh badan lelang Sotheby di Hong Kong pada tahun 1960, 1970-an, 1980-an, 1990-an dan terakhir pada tahun 2014. Nilai lelang tertingginya mencapai USD $36,3 juta atau 508,2 miliar rupiah dengan kurs Rp 14000 per 1 USD.