Laptop Terbakar di dalam Pesawat, 7 Penumpang Alami Luka Ringan

Jadwal penerbangan maskapai JetBlue terganggu setelah laporan ‘laptop terbakar‘ dari dalam pesawat. Pesawat Airbus A320 yang berangkat dari New York dengan tujuan Barbados itu terpaksa dievakusasi di Bandara Internasional JFK pada Sabtu malam, 24 Desember 2022, waktu setempat.

Pesawat itu baru saja meluncur ke Terminal 5 ketika seorang petugas maskapai melihat laptop yang terlalu panas memercikkan api, kata Administrasi Penerbangan Federal. Otoritas Bandara New York (PANY) menyatakan 133 penumpang segera dievakuasi dari pesawat.

Dikutip dari NY Post, Minggu (25/12/2022), juru bicara PANY mengatakan 67 penumpang menyelamatkan diri lewat perosotan tiup setelah beberapa penumpang mengaktifkan pintu darurat. Penumpang yang tersisa lalu keluar melalui garbarata di Gerbang 29.

Awak kabin disebutkan mengontak pemadam kebakaran sekitar pukul 9 malam, tapi api di laptop itu keburu padam sendiri. Seorang penumpang yang duduk di barisan depan pesawat menyatakan kapten pesawat ‘langsung keluar dari kabin’ ketika api terdeteksi.

“Dia mengambil alat pemadam kebakaran, dan beraksi seperti O.J Simpson di antara kursi dan para penumpang. Laki-laki itu keren, dia memadamkan api. Itu situasi yang benar-benar membingungkan,” ujar Sean Weed kepada CBS.

Otoritas bandara menyatakan tujuh penumpang mengalami luka ringan, yang disebabkan menghirup asam dan siku yang memar. Tidak ada satu pun yang dikirim ke rumah sakit.

Dugaan sementara kebakaran itu disebabkan baterai lithium laptop. Namun, PANY mengatakan penyebab detail dari kebakaran itu masih diinvestigasi.

“Keamanan selalu menjadi prioritas nomor satu kami, dan kami sedang menginvestigasi insiden ini berkoordinasi dengan FAA dan NTSB,” demikian pernyataan resmi JetBlue kepada Daily News.

Peringatan Bahaya

Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, pemerintah Amerika Serikat sebelumnya melakukan riset terkait salah satu penyebab fatal kecelakaan pesawat. Menurut para peneliti, selain ponsel, ternyata laptop juga mampu membuat sebuah pesawat jatuh.

Mereka mengungkapkan, baterai laptop yang terlalu panas mampu meledak secara mendadak ketika berada di ketinggian tertentu –karena tekanan udara– dan menciptakan kobaran api. Terlebih apabila di dalam pesawat terdapat banyak barang-barang mudah terbakar yang dibawa penumpang, seperti gas dalam kaleng deodoran, parfum, atau kosmetik.

Api yang timbul dari baterai laptop yang meledak dikatakan mampu mengalahkan sistem pencegah kebakaran pesawat, kata para ahli di Federal Aviation Administration (FAA), dikutip Agustus 2018.

Penelitian ini menyoroti bahaya lithium, unsur kimia yang terkandung dalam sebagian besar baterai gawai. Air Line Pilot Association (ALPA), serikat pilot terbesar di Amerika Utara, saat ini sedang mempertimbangkan apakah barang-barang seperti itu masih diperbolehkan dibawa ke dalam kabin pesawat atau harus dilarang sepenuhnya.

Efektivitas Gas Halon

Sementara, studi FAA menemukan, gas halon yang digunakan dalam alat pemadam kebakaran pada umumnya tidak cukup kuat untuk memadamkan api yang disebabkan oleh meledaknya baterai lithium. Meski zat itu mampu mencegah kobaran api menjalar ke beberapa barang di pesawat, seperti kardus, gas halon tidak bisa menjinakkan api dari kaleng aerosol yang meledak.

“Inilah yang kemudian akan membahayakan pesawat,” kata Duane Pfund, seorang pejabat di US Pipeline and Hazardous Materials Safety Administration seperti dikutip dari Daily Mail.

Penelitian ini dimulai pada Juni 2017 dan dibahas pada dalam konferensi tahunan yang dijalankan oleh Air Line Pilot Association (ALPA). Para ahli menyoroti semakin meningkatnya risiko pada penerbangan karena baterai lithium.

Berdasarkan hasil studi FAA, pemerintah AS menekan PBB agar melarang masuknya gawai berukuran lebih besar dari ponsel pintar ke kabin pesawat, yang biasanya dimasukkan ke dalam ransel atau tas. “Akan tetapi upaya itu gagal dibuat dan FAA tidak memberlakukan pembatasan baru mengenai barang yang dapat dibawa penumpang ke kursi mereka,” kata Pfund.

Mengapa Bisa Terbakar?

Daya baterai lithium disebut oleh peneliti sebagai yang paling modern, untuk ponsel pintar, laptop hingga perangkat gim. Baterai ini sangat aman, tetapi sejumlah kasus terbaru memberitakan tentang baterai lithium yang meledak jika sudah usang atau terlalu panas.

Baterai yang rusak dapat kehilangan kemampuannya untuk mengirimkan daya secara terkontrol, menyebabkan baterai melepaskan energi secara berhamburan dan tak terarah dalam satu waktu. Inilah yang menyebabkan baterai kerap meledak.

Kesalahan juga dapat timbul meski dalam penggunaan normal, misalnya jika perangkat tersiram air atau terkena sinar matahari terlalu lama. Produk palsu juga merupakan sumber umum ledakan baterai karena dirancang dan dibuat dengan murah. Ini artinya, produsen barang abal-abal tersebut telah mengabaikan peraturan keselamatan nyawa seseorang.

Karena itu, otoritas bandara di Indonesia mengeluarkan sederet aturan terkait membawa powerbank ke dalam pesawat. Pertama, powerbank atau Baterai Lithium cadangan dengan kapasitas tidak melebihi 20.000 mAh (100Wh) diizinkan untuk dibawa ke dalam pesawat udara.

Kedua, powerbank atau Baterai Lithium cadangan dengan kapasitas lebih dari 20.000 mAh (100Wh) tetapi tidak melebihi 32.000 mAh (160Wh) diizinkan maksimal dua unit tiap penumpang dengan persetujuan dari maskapai pengangkut. Ketiga, powerbank atau Baterai Lithium cadangan dengan kapasitas melebihi 32.000 mAh (160Wh) atau tidak mencantumkan kapasitasnya dilarang dibawa masuk ke dalam pesawat udara.

Keempat, powerbank atau Baterai Lithium cadangan yang dibawa ke dalam pesawat udara harus dipastikan tidak terhubung dengan perangkat elektronik lain. Serta, powerbank ditempatkan pada bagasi kabin dan dilarang ditempatkan pada bagasi tercatat.

 

    Exit mobile version