Mistis, Kraton Gunung Kawi Jadi Tempat Moksa Mpu Sindok

Kraton Gunung Kawi, di Dusun Gendogo Desa Balesari Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang termasuk petilasan sejarah yang cukup penting. Kraton Gunung Kawi berada di kaki Gunung Kawi sebelah tenggara. Jarak Kraton Gunung Kawi dari Pesarean Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari sekitar 7 km ke arah timur naik ke atas, dengan lama perjalanan sekitar 20 menit. Karena selain tidak terlalu jauh, jalannya juga cukup nyaman dilalui. Bahkan mendekati kompleks Kraton sudah ada yang berpaving mulus. Situs Kraton berada di tengah hutan pinus yang jauh dari permukiman penduduk, jaraknya sekitar 2 kilometer.

Kraton Gunung Kawi terletak di petak 175 E di hutan yang kelola Perhutani. Komplekss situs Kraton di ketinggian 1.190 meter di atas permukaan laut. Hawanya dingin dan suasananya sangat tenang. Hembusan angin yang menerpa pohon cemara mengirimkan nada yang menenteramkan jiwa.

Menurut salah satu penjaga situs, Agus Arifin, Kraton Gunung kawi dibangun oleh Mpu Sindok Raja Mataram yang pindah ke Jawa Timur. Dia bernama asli Kusuma Wardhani.

Menurut Agus, Mpu Sindok hijrah ke Jawa Timur tahun 861 Masehi atau pada waktu pembangunan Candi Borobudur selesai. Kemudian dia pindah ke daerah Gunung Kawi. Kenapa Mpu Sindok pindah ke ke Gunung Kawi ? Agus mengatakan, itu dikarenakan terjadi perselisihan di antara dinasti Syailendra. Dia mengatakan, ada tiga alasan kenapa Mpu Sindok pindah ke Kawi. Pertama untuk menghindari gempuran musuh dari luar yang tidak bisa ditangani oleh negara. Kedua menghindari perang saudara yang menggerogoti negara. “Ketiga demi mencari penghidupan yang lebih baik setelah rakyatnya sengsara karena meletusnya Gunung Merapi,” terang dia.

Agus mengatakan, asal muasal terjadinya perselisihan di keluarga Syailendra adalah adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga.

Akhirnya Mpu Sindok mengalah dan mendapatkan ilham untuk pindah ke Gunung Kawi. Dengan adanya Mpu Sindok di Gunung Kawi maka raja-raja di tanah Jawa (Mataram lama) banyak yang mendatangi tempat ini untuk meminta ilham atau nasehat.

Keturunan Mpu Sindok yang terkenal kata Agus adalah Dharmawangsa yang menurunkan Airlangga atau Prabu Kameswara 1 (dari Kediri). Dia adalah generasi kedua setelah Mpu Sindok yang sampai saat ini dikenal sebagai penguasa Kraton Gunung Kawi. Prabu Kameswara melakukan lengser keprabon mandek pandita (turun tahta dan menjadi pertapa). Dia termasuk murid Mpu Sindok yang memiliki kepandaian dan kasta yang tinggi.

Selain Prabu Kameswara, kata Agus, yang bertapa di Kraton Gunung Kawi adalah Ken Arok, Gajah Mada. Lalu pada zaman perjuangan Kraton Gunung Kawi lanjut Agus, juga sering digunakan untuk menyucikan diri dan menenangkan hati. Konon Bung Karno dan Supriadi pernah datang ke Kraton Gunung Kawi. Keduanya sering menyepi di tempat yang sekarang disebut bangunan kraton. Yaitu berupa bangunan berukuran panjang sekitar 15 meter dengan lebar sekitar 7 meter. Tempat itu yang konon juga, menjadi tempat Mpu Sindok dan Prabu Kameswara moksa. ”Nah seiring perkembangan zaman masyarakat sering mendatangi tempat ini untuk memanjatkan doa kepada Tuhan,” katanya.

Setelah kemerdekaan, Kraton Gunung Kawi makin ramai dan yang paling banyak adalah warga dari etnis Tionghoa. Namun pada tahun 1965 tempat itu sempat ditutup total dan bangunan rusak parah karena disinyalir menjadi persembunyian PKI. Selama 10 tahun lebih tempat ini ditutup dan pada tahun 1974 dibuka resmi oleh pemerintah.

Hingga tahun 1978 bangunan Kraton Gunung Kawi masih sangat sederhana, lalu antara tahun 1979-1980 dipugar dan pada tahun 1993 mulai dibangun total. Namun, tahun 2002 terjadi kebakaran dan salah satu bagian Kraton Gunung Kawi rata dengan tanah.

Dalam buku berjudul Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok, Pendiri Wangsa Rajasa, penerbit Ombak tahun 2013 yang dia tulis, juga mengutip kitab Pararaton yang menyebutkan, sebelum menjadi raja Singasari, Ken Arok pernah diajak gurunya Mpu Lohgawe pergi ke Gunung Kawi untuk menemui para dewa. Namun, apakah tempat yang dituju itu adalah Kraton Gunung Kawi atau bukan tidak bisa memastikan.