MALANG – Kompleks Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu Karanganyar Jawa Tengah menempati areal seluas 5.500 m2. Candi itu terdiri dari tiga teras bersusun. Sepintas candi ini terlihat seperti bangunan pemujaan Suku Maya di Mexico. Lalu apakah ada kaitan antara suku Jawa waktu itu dengan suku Maya di Mexico yang jaraknya sangat jauh? Soal itu tidak ada yang tahu.
Kenapa Candi Sukuh disebut mirip dengan bangunan pemujaan suku Maya? Memang dari bentuk umum candi utama ada kemiripan, tai untuk struktur detailnya barangkali berbeda.
Di Candi Sukuh, gerbang utama, gerbang lain menuju ke setiap teras dan bangunan utama menghadap ke arah barat, berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah yang umumnya menghadap ke timur. Ketiga teras tersebut terbelah dua tepat di tengahnya oleh batu yang ditata membentuk jalan menuju ke gerbang teras berikutnya.
Gapura menuju teras pertama merupakan gapura paduraksa, yaitu gapura yang dilengkapi dengan atap. Ambang pintu gapura dihiasi pahatan kala berjanggut panjang. Pada dinding sayap utara gapura terdapat relief yang menggambarkan seorang yang sedang berlari sambil menggigit ekor ular yang sedang melingkar. Menurut K.C. Cruq, pahatan tersebut merupakan sebuah sengkalan (sandi angka tahun) yang dibaca gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor ular).
Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M, yang diyakini sebagai tahun selesainya pembangunan candi ini. Di atas sosok tersebut terdapat pahatan yang menggambarkan makhluk mirip manusia yang sedang melayang serta seekor binatang melata.
Pada sayap selatan gapura terdapat relief seorang tokoh yang ditelan raksasa. Pahatan tersebut juga merupakan sengkalan yang dibaca gapura buta mangan wong, yang artinya gapura raksasa memakan manusia. Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai angka tahun 1359 Saka atau 1437 M, sama dengan sengkalan pada dinding sayap utara gapura.(aka)